Maulid Nabi dan 20 Tahun PSQ: Refleksi Teladan Nabi dalam Kehidupan Sehari-hari

Jakarta, 28-29 September 2024 – Pusat Studi Al-Quran (PSQ) menggelar acara istimewa dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw dan merayakan 20 tahun berdirinya PSQ. Acara yang berlangsung di Kompleks Bayt Al-Quran ini dihadiri oleh para ulama, tokoh masyarakat, akademisi, serta masyarakat umum.

Ahmad Fikri Assegaf, Ketua Yayasan PSQ, dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas perjalanan PSQ selama dua dekade. “Alhamdulillah, PSQ telah mencapai usia 20 tahun. Ini adalah pencapaian besar yang hanya mungkin dengan izin Allah dan dukungan dari banyak pihak. Harapan kami, PSQ dapat terus berkontribusi untuk umat dan masyarakat hingga puluhan tahun mendatang, dengan semangat membumikan ajaran Al-Quran yang moderat dan relevan,” ungkap Ahmad Fikri Assegaf.

 

Muchlis M. Hanafi, Direktur PSQ, dalam kesempatan tersebut menyampaikan berbagai pencapaian PSQ selama 20 tahun. “Selama dua dekade, PSQ telah aktif dalam menyebarkan pemahaman Al-Quran melalui berbagai program kajian, penelitian, dan publikasi yang berorientasi pada penguatan nilai-nilai Islam yang moderat. Kami juga berperan dalam memfasilitasi dialog antaragama dan membina generasi muda dalam memahami Al-Quran secara mendalam,” jelas Muchlis M. Hanafi.

Acara ini juga diisi dengan ceramah oleh KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dan Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Gus Baha dalam tausiyahnya menekankan pentingnya meneladani sikap Nabi Muhammad SAW yang selalu bersabar dan tidak pernah melaknat umatnya, meskipun dalam situasi yang sulit. “Nabi Muhammad diajarkan untuk tidak kecewa dan tidak melaknat umatnya. Allah SWT memerintahkan beliau untuk bersabar dan memasrahkan segala urusan kepada-Nya. Kita juga tidak boleh menghakimi orang-orang yang berbuat maksiat. Doakan mereka, dan serahkan kepada Allah SWT,” ujar Gus Baha.

Sementara itu, Prof. Dr. M. Quraish Shihab menggarisbawahi pentingnya hubungan spiritual antara umat Islam dan Nabi Muhammad SAW. “Umat Nabi Muhammad adalah keluarganya. Selama Anda dekat kepada Nabi, Anda berarti keluarga Nabi. Itu adalah salah satu cara kita memperingati Maulid Nabi. Kita tidak bisa menguraikan tentang Nabi secara sempurna, karena beliau adalah gunung tinggi yang besar. Pandanglah Nabi, insya Allah kita akan terdorong untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ungkap Quraish Shihab.

Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkuat hubungan umat dengan Al-Quran dan meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad Saw. Para hadirin diharapkan dapat mengambil inspirasi dari nilai-nilai yang disampaikan dalam acara ini, sekaligus mempererat hubungan mereka dengan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Mengenal dan Mencintai Hewan-Hewan Dalam Al-Quran

Jakarta, 17 Agustus 2024 Penerbit Lentera Hati mengadakan kegiatan Book Talk dan juga Book Signing buku seri Kareem & Khaleel terbaru yang berjudul ENSIKLOPEDIA : Mengenal dan Mencintai Hewan-Hewan Dalam Al-Quran. Acara yang dihadiri oleh 3 Nara Sumber yaitu JUNISSA BIANDA – Penulis dan Ilustrator Kareem & Khaleel, Issyarahfeah – CEO & Co-Founder BATAS dan Dr. Ina Salma Febriarny, M.A – Pengajar Ustadzah cariustadz.id yang di moderatori oleh Astri Alvina bercerita tentang latar belakang di tulisnya buku anak ini dengan tema ENSIKLOPEDIA yang bertujuan agar anak-anak dapat lebih mengenal dan mencintai berbagai macam hewan yang sering disebutkan di dalam Al-Quran.

Buku anak terbaik yang dimiliki oleh Penerbit Lentera Hati ini kaya dengan ilustrasi yang menarik dan sangat disukai oleh anak-anak, inilah alasan mengapa buku seri Kareem & Khaleel memiliki urutan terbaik untuk penjualan buku anak khususnya di Penerbit Lentera Hati.

Acara diakhiri dengan sesi tanda-tangan penulis buku seri Kareem & Khaleel – Junissa Bianda

Grand Syekh Al-Azhar Berkunjung ke Pusat Studi Al-Qur’an

Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) dengan bangga menyambut kedatangan Grand Syekh Al-Azhar, Syekh Ahmed Al-Tayyib di Masjid Bayt Qur’an, South City, Pamulang, Tangerang Selatan. Kunjungan ini bertujuan untuk mengokohkan peran PSQ dalam misi wasathiyyah (moderasi) dan pengkaderan yang selama ini telah konsisten dilakukan.

Sejak didirikan pada 2004, PSQ telah memainkan peran penting dalam pengembangan pendidikan keagamaan di Indonesia. Melalui program-program pendidikan dan pelatihan yang melibatkan ribuan alumni, PSQ terus berkomitmen untuk membangun ekosistem pendidikan yang inklusif dan moderat.

Dalam sambutannya, Direktur PSQ, Muchlis M Hanafi mengungkapkan kebanggaannya atas kunjungan Grand Syekh Al-Azhar.

“Kehadiran Syekh Ahmed Al-Tayyib di sini adalah kehormatan besar bagi kami. Ini bukan hanya kesempatan untuk memperkuat hubungan antara PSQ dan Al-Azhar, tetapi juga untuk menginspirasi kami semua dalam upaya mempromosikan moderasi dan pengkaderan yang berkelanjutan,” kata dia dikutip Selasa (9/7/2024).

Lebih lanjut, Muchlis juga menjelaskan program-program yang dijalankan oleh PSQ dan Yayasan Dakwah Lentera Hati Indonesia mulai dari Masjid Bayt Qur’an, Pesantren Pasca Tahfidz, Cari Ustadz, dan Tafsir Al-Mishbah.

Dewan Pakar PSQ sekaligus pimpinan Cariustadz.id, Ali Nurdin mewakili hadirin bertanya terkait makna wasathiyyah kepada Grand Syekh Al-Azhar.

Syekh Ahmed Al-Tayyib, dalam jawaban sekaligus tausiyahnya menekankan pentingnya moderasi dalam beragama dan peran pendidikan dalam membentuk generasi yang toleran dan berakhlak mulia.

“Makna wasathiyyah adalah bersikap adil, amar ma’ruf nahi munkar, dan berbuat baik kepada seluruh umat manusia. Wasathiyyah adalah inti dari ajaran Islam. Melalui pendidikan yang tepat, kita bisa membentuk individu-individu yang tidak hanya memahami agama mereka dengan baik, tetapi juga bisa hidup harmonis dengan orang lain,” jelas Syekh Ahmed Al-Tayyib.

Pendiri PSQ Quraish Shihab memberikan ucapan terima kasih atas kunjungan ini. Menurutnya, kehadiran Syekh Ahmed Al-Tayyib menegaskan komitmen PSQ untuk terus mempromosikan moderasi dan pengkaderan.

“Sudah banyak yang dilakukan Al-Azhar dan beliau. Yang jelas kehadiran Grand Syekh Al-Azhar memberikan kita semagat dan dorongan untuk bekerja lebih keras lagi. Kami berharap kerja sama antara PSQ dan Al-Azhar akan terus berkembang dan membawa manfaat besar bagi umat Islam di Indonesia,” ungkap Prof. Quraish Shihab.

sumber artikel : klik disini

Peran Kita dalam Mendukung Palestina

Jakarta, 1 Juni 2024 – Pusat Studi Al-Quran yang didirikan oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab bekerja sama dengan Masjid Istiqlal menggelar forum diskusi bertajuk “Peran Kita dalam Mendukung Palestina” pada Sabtu, 1 Juni 2024, dari pukul 09.00 hingga 11.30 WIB, bertempat di Aula Masjid Istiqlal Jakarta. Diskusi terbatas tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional seperti Prof. Dr. M. Quraish Shihab (Pendiri PSQ), Prof. Dr. Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal), KH. Ulil Abshar Abdalla (Ketua PBNU), Abdul Kadir Jailani (Dirjen Asia Pasifik Kemenlu), Savic Ali (Pendiri Islami.co/Tokoh Muda NU), Kalis Mardiasih (Aktivis Gender), Adrian Perkasa (Sejarawan/Akademisi), Habib Husein Ja’far (Dai Milenial), Faried F. Saenong (Dewan Pakar PSQ) dan beberapa tokoh lainnya.

Dalam diskusi yang dipandu tokoh pendidikan Indonesia, Najelaa Shihab, ditekankannya pentingnya semua pihak turut memainkan perannya dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina meraih perdamaian dan kemerdekaannya. “Apa pun profesi kita, di mana pun kita, saya kira kita sudah sadar betul, kita semua punya peran untuk mendukung Palestina,” kata Najelaa. Ia mengajak masyarakat untuk memahami konflik ini secara lebih mendalam dan tidak terjebak dalam miskonsepsi yang ada. “Menghentikan perang di Palestina adalah tanggung jawab kita semua. Ambil peran dalam mendukung perdamaian Palestina,” tegasnya.

Dalam rangka memperjelas akar konflik Palestina-Israel ini, Ketua PBNU yang juga Dewan Pakar PSQ, Ulil Abshar Abdalla, menjelaskan beberapa mitos yang selama ini disebar oleh Israel dan pendukungnya dan dijadikan alasan untuk terus menindas rakyat Palestina. Yang pertama, menurut Ulil, mitos bahwa sebelum Israel datang ke jazirah arabia, Israel adalah tanah kosong tak berpenghuni. Padahal sejarah menunjukkan, bangsa Palestina telah menempati wilayah tersebut selama berabad-abad. “Beberapa politisi penting Israel menggambarkan Palestina sebelum berdirinya negara Israel sebagai tanah kosong. Ini mitos yang dibangun Israel bertahun-tahun,” jelas Ulil. Mitos kedua, rakyat Palestina lebih memilih perang daripada jalan damai. Padahal situasi sebenarnya adalah Palestina sebagai pihak yang terampas tanah airnya berusaha membela diri dari aneksasi Israel. Ulil menekankan pentingnya mengedukasi masyarakat tentang sejarah yang sebenarnya untuk melawan narasi menyesatkan yang disebarkan Israel. “Menghentikan perang ini membutuhkan pemahaman yang benar tentang sejarah dan peran kita dalam mendukung Palestina,” katanya.

Selain mitos, berkembang juga miskonsepsi yang beredar di banyak kalangan terkait konflik Israel-Palestina. Soal inilah yang disoroti Abdul Kadir Jailani. Diplomat senior ini menekankan, konflik Palestina-Israel bukanlah konflik agama. “Miskonsepsi bahwa Palestina dan Israel adalah konflik agama sangat menyesatkan. Ini sebenarnya adalah konflik penjajahan,” tegasnya. Ia juga menjelaskan pentingnya solusi dua negara sebagai jalan yang paling realistis untuk perdamaian.

Sebagai seorang pendakwah milenial yang aktif di dunia digital, Habib Husein Ja’far, menyoroti pentingnya peran media sosial dalam memperjuangkan isu Palestina. “Era digital di mana anak muda menjadi mayoritas membawa arah baru dalam melihat pandangan terhadap segala masalah,” katanya. Habib Husein juga menggarisbawahi pentingnya kampanye yang tidak hanya emosional tetapi juga rasional untuk mendukung perjuangan Palestina. Sekaligus Habib Jafar mendorong kreasi dalam membentuk kanal-kanal dukungan yang juga efektif selain yang sudah berjalan selama ini berupa donasi, boikot, hingga demonstrasi. Misalnya, gerakan di media sosial yang kreatif, aplikasi kawal isu Palestina yang juga menjawab propaganda-propaganda dan mispersepsi tentang Palestina, dan lain-lain. “Ambil peran dalam mengedukasi dan menyuarakan kebenaran melalui media sosial untuk menghentikan perang,” tambahnya.

Di sisi lain, Faried F. Saenong dari lembaga pendidikan menekankan pentingnya edukasi dalam mendukung Palestina. “Dalam konteks dakwah di masjid dan kampus, dukungan pada Palestina harus dilakukan dengan edukasi yang mencerahkan masyarakat,” ujarnya. Faried juga menyoroti pentingnya memilih isu-isu yang mudah melibatkan banyak pihak, seperti isu perempuan dan kemanusiaan.

Aktivis yang juga Pengurus PBNU, Savic Ali, mengungkapkan tantangan dalam mengorganisasi gerakan untuk Palestina di Indonesia. “Kita menyaksikan belum ada organisasi yang secara aktif merespon isu ini. Pengorganisasian dan leadership sangat diperlukan,” katanya. Ia menekankan perlunya sinergi antara gerakan masyarakat sipil dengan pemerintah. “Menghentikan perang di Palestina memerlukan sinergi yang kuat dari semua elemen. Mari ambil peran dan berkolaborasi,” ujarnya.

Dari kaca mata seorang feminis dan aktivis sosial, Kalis Mardiasih, menyoroti pentingnya penerjemahan dan penyebaran informasi mengenai Palestina. “Gerakan perempuan sangat berperan dalam penerjemahan untuk Palestina. Sayangnya, isu ini masih terkesan elit karena masalah bahasa dan latar belakang pendidikan. Sebelum 1948, kelas pekerja aktif membela Palestina, dan gerakan perempuan kini sangat besar karena serangan terhadap tubuh adalah masalah semua orang,” ujarnya. Kalis menekankan pentingnya reproduksi pengetahuan dan penyebaran informasi dari sumber yang tidak bias untuk melibatkan lebih banyak orang. “Optimisnya, generasi muda di media sosial seperti Twitter semakin terlibat dalam isu ini. Saya juga berharap partisipasi pihak-pihak yang punya akses lebih seperti penerbit besar, gerakan pendidikan, dan komunitas literasi,” tambahnya.

Fenomena boikot menjadi sorotan Adrian Perkasa. Menurutnya, boikot di Eropa sebagai bentuk dukungan nyata terhadap Palestina ternyata cukup efektif dan berdampak negatif pada beberapa perniagaan yang diduga mendukung Israel. “Boikot di Belanda dan negara Eropa lainnya berdampak signifikan terhadap toko-toko ritel yang mendukung Israel. Pada musim panas nanti, saya sebagai koordinator konferensi Asian studies terbesar di Leiden, akan membuka Late Breaking Proposal sebagai upaya mengangkat isu konflik Israel-Palestina, yang mendapat sambutan hangat dari banyak pakar, terutama dari Timur Tengah. Kita harus terus menyuarakan isu Palestina,” ujarnya. Adrian juga menekankan bahwa Palestina adalah bagian dari Asia Barat, sehingga penting bagi akademisi di Barat untuk tidak memisahkan isu ini dari konteks Asia. “Ambil peran dalam boikot dan terus suarakan isu Palestina untuk menghentikan perang,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, M. Quraish Shihab, pendiri Pusat Studi Al-Qur’an, memberikan refleksi mendalam tentang makna dukungan terhadap Palestina. Ulama terkemuka Indonesia ini menegaskan, konflik Palestina-Israel ini jelas bukan konflik agama, dan apabila penindasan terhadap Palestina itu berlanjut, tidak hanya akan membahayakan bangsa Palestina, tapi juga merupakan ancaman serius bagi kemanusiaan, kebebasan, dan kemerdekaan banyak bangsa di dunia ini. Pendiri PSQ ini yang biasa disapa Abi Quraish ini menyatakan, “Dukungan kita kepada Palestina bukan hanya karena kesamaan agama, tetapi lebih kepada kemanusiaan. Kita harus melihat bahwa di sana ada hak-hak dasar yang dilanggar dan kita memiliki kewajiban moral untuk mendukung keadilan. Mari ambil peran dalam mendukung kemerdekaan Palestina dan menghentikan perang,” ujarnya.

Diskusi ini diakhiri dengan ajakan kepada seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina melalui berbagai cara, termasuk edukasi, kampanye media sosial, dan aksi nyata di lapangan. Semua peserta sepakat bahwa dukungan terhadap Palestina adalah bagian dari tanggung jawab kemanusiaan yang harus terus diperjuangkan. “Menghentikan perang di Palestina adalah tugas kita semua. Ambil peran dan dukung perjuangan ini demi kemanusiaan,” tutup acara tersebut.

Tafsir Al-Mishbah Melangkah ke Era Digital: Mendalami Makna Ayat Al-Qur’an Melalui Aplikasi

Jakarta, 31 Oktober 2023 – Sebagai negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang tentang pengajaran Al-Qur’an. Ulama di Indonesia terus berupaya mengajarkan Al-Qur’an melalui tafsir, bahkan sejak abad ke-17. Salah satu tafsir yang cukup dikenal masyarakat Indonesia adalah “Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an” karya Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab (MQS), yang telah diakui oleh para ulama di dalam dan luar negeri. Setelah hadir dalam bentuk buku dan audio visual di program televisi, dengan penuh rasa syukur, pada hari ini Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) meluncurkan Aplikasi Tafsir Al-Mishbah yang dirancang untuk membuat ajaran Al-Qur’an lebih mudah diakses seluruh lapisan masyarakat pada era digitalisasi yang pesat.

Tafsir Al-Mishbah memiliki gaya bahasa penulisan yang mudah dicerna oleh segenap kalangan, dan menjadi salah satu karya tafsir paling komprehensif dalam mengulas setiap ayat Al-Qur’an, yang disertai dengan contoh konkret dan relevan dengan realitas sosial serta budaya Indonesia. Hal ini pun diturunkan ke dalam bentuk aplikasinya.

“Dengan hadirnya Aplikasi Tafsir Al-Mishbah sebagai manifestasi dari Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), semoga dapat menjadikan Al-Qur’an lebih dekat dan mudah diakses oleh publik. Ini merupakan langkah penting untuk memperluas kesempatan dan keterjangkauan bagi masyarakat untuk memahami makna setiap ayat dalam Al-Qur’an dengan lebih mudah dan fleksibel, di mana pun dan kapan pun,” menurut Nasywa Shihab, Direktur Utama Penerbit Lentera Hati, sebagai penerbit buku Tafsir Al-Mishbah.

Sesuai dengan arti dari kata Al-Mishbah yaitu pelita yang dapat memberi penerangan bagi yang berada dalam kegelapan, sejalan dengan motivasi dari sang penulis, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Penulis dan Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an ketika membuat Tafsir Al-Mishbah, “Harapannya, Tafsir Al-Mishbah dalam bentuk aplikasi ini dapat terus memberi kemudahan bagi umat Islam di mana pun, khususnya Indonesia, untuk mendapatkan pemahaman yang utuh dari setiap ayat dalam Al-Quran serta membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul dalam pemikiran masyarakat sehingga mereka dapat konsisten menjadikan Al-Qur’an sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan.”

Tafsir Al-Mishbah dengan berbagai keunggulannya, menjadikannya sebuah karya tafsir yang sangat
istimewa. Ini juga tertuang dalam fitur yang terdapat dalam aplikasi ini,

“Melalui aplikasi ini, umat Muslim di Indonesia tidak hanya dapat mempelajari makna dari setiap ayat dalam Al-Qur’an di mana pun mereka berada, namun juga mendapat kemudahan dalam mencari pembahasan tertentu yang mengarahkan pada tafsir ayat sesuai dengan topik, sehingga target pengguna seperti masyarakat umum yang baru mulai belajar tentang Al-Qur’an, ataupun para akademisi yang mencari referensi, bisa mendapatkan jawaban atau arahan dengan cepat,” jelas Arkka Dhiratara, CEO Hukum Online yang juga Tech. Advisor.

Tafsir Al-Mishbah Apps Tafsir Al-Mishbah akan terus mengembangkan beragam fitur untuk mempermudah proses pembelajaran Al-Qur’an, termasuk akan tersedianya terjemahan tafsir dalam bahasa Inggris, serta penambahan materi audio video kajian Tafsir Al-Mishbah yang telah disiarkan di salah satu stasiun TV nasional.

KH. Ulil Abshar Abdalla, M.A, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang turut hadir menyatakan, “Bahasa Arab di dalam Al-Qur’an memiliki kedalaman dan nuansa yang sangat kaya sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi seorang mufasir untuk melakukan interpretasi dan penekanan terhadap apa yang sebenarnya dimaksud Al-Qur’an. Yang istimewa dari Tafsir Al-Mishbah adalah kemampuannya untuk menjelaskan secara terperinci makna-makna kata yang dikandung dalam Al-Qur’an. Terlebih penulisnya, Prof. Quraish Shihab, terus terlibat dalam pengembangan-pengembangan Tafsir Al-Mishbah hingga menjadi bentuk aplikasi seperti sekarang.

Keterlibatan penulis dapat dimaknai dengan jaminan konsistensi kualitas Tafsir Al-Mishbah dalam ragam platform sehingga bisa dinikmati oleh publik secara lebih luas. Termasuk ke depan rencana penerjemahan Tafsir Al-Mishbah ke dalam Bahasa Inggris.” Pusat Studi Al-Qur’an merupakan organisasi nirlaba yang konsisten menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Indonesia melalui berbagai program dan inisiasinya, salah satunya adalah aplikasi Tafsir Al-Mishbah ini. “Aplikasi ini terwujud tidak luput dari dukungan para donatur yang sejalan dengan nilai yang dianut Pusat Studi Al-Qur’an dan menjadikan aplikasi ini sebagai wakaf produktif. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan aksesibilitas dan kekayaan sumber belajar Al-Qur’an bagi para pembaca kami dengan terus melakukan perkembangan melalui program yang inovatif dan relevan,” tutup Nasywa.

TERIMA SEKJEN MHM DAN DELEGASI, PRESIDEN APRESIASI KONFERENSI AGAMA DAN PERUBAHAN IKLIM

Presiden RI Joko Widodo hari ini, Kamis (5/10/2023), menerima Sekjen Majelis Hukama Muslimin (MHM) Konselor Mohamed Abdelsalam di Istana Merdeka. Hadir dalam pertemuan ini, Anggota dan salah satu pendiri MHM Prof. Dr. M Quraish Shihab, Anggota MHM Pusat yang juga Ketua Komisi Fatwa Kantor Urusan Agama Islam di Dubai, Dr. Ahmed Al-Haddad, Anggota Komite Eksekutif MHM TGB Dr. Muhammad Zainul Majdi, dan Direktur Kantor Majelis Hukama Muslimin Cabang Indonesia Dr. Muchlis M. Hanafi.

Presiden Joko Widodo mengucapkan selamat kepada MHM atas peresmian kantornya di Indonesia. Presiden juga mengapresiasi Langkah MHM menyelenggarakan Konferensi ‘Agama dan Perubahan Iklim’ untuk negara-negara Asia Tenggara. Presiden Widodo juga menyampaikan dukungannya terhadap Conference of The Parties 28 (COP28) yang akan diselenggarakan di Uni Emirat Arab pada akhir 2023.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo juga memuji upaya MHM, di bawah kepemimpinan Grand Syekh Al-Azhar Imam Akbar Dr. Ahmed Al-Tayeb, dalam mempromosikan perdamaian dan hidup berdampingan. Presiden juga mengakui pentingnya inisiatif MHM dalam merumuskan visi bersama bagi para pemimpin dan tokoh agama mengenai isu perubahan iklim dan menekankan keyakinan kuatnya akan pentingnya dialog antaragama dan menyatakan niatnya untuk mengunjungi Paviliun Iman di COP28.

Presiden Widodo juga mengapresiasi upaya Presiden Uni Emirat Arab, Syeikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, dalam mendorong hidup berdampingan dan persaudaraan umat manusia. Apresiasi juga diberikan atas lahirnya Dokumen Persaudaraan Kemanusiaan Abu Dhabi yang bersejarah. Dokumen ini ditandatangani bersama oleh Imam Akbar Ahmed Al Tayeb dan Paus Fransiskus di Abu Dhabi pada 2019. Presiden juga mengungkapkan kegembiraannya atas kolaborasi antara MHM cabang di Indonesia dan lembaga akademis dan keagamaan di tanah air untuk menyebarkan dan meningkatkan nilai-nilai persaudaraan dan hidup berdampingan secara regional dan global.

Atas nama MHM, Sekjen Konselor Abdelsalam bersama delegasi yang hadir menyamppaikan apresiasi, kepada bangsa Indonesia, para pemimpinan dan rakyatnya. Konselor Abdelsalam menegaskan bahwa Indonesia memiliki tempat khusus di hati seluruh umat Islam. Tidak hanya karena luasnya wilayah dan jumlah penduduknya, namun juga karena kekayaan sejarahnya, peradabannya yang unik, dan kisah inspiratif mengenai stabilitas, pembangunan, dan hidup berdampingan.

Sekretaris Jenderal dan delegasi MHM juga menyampaikan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo atas sambutan baiknya terhadap MHM cabang regional. Kantor cabang regional ini akan berfungsi sebagai saluran komunikasi yang efektif dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Menurut Konselor Abdelsalam, para peserta dari berbagai negara memuji Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Agama dan Perubahan Iklim. Mereka juga memuji Indonesia atas upaya terdepan dalam mengatasi perubahan iklim.

Kepada Presiden Joko Widodo, Konselor Abdelsalam menegaskan bahwa MHM akan bekerja sama dengan lembaga-lembaga pemerintah, internasional, dan sipil Indonesia, termasuk Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, untuk mewujudkan misinya dalam mempromosikan perdamaian dan menyebarkan nilai-nilai dialog, hidup berdampingan, dan persaudaraan.

sumber berita : klik disini

Loading…


Politisi Harus Tahu Arah dan Punya Akhlak – M Quraish Shihab

JAKARTA, Islamic Book Fair 2023 – Istora Senayan

Hadir sebagai narasumber, Dr Lukman Hakim Saifuddin (Menag 2014 – 2019) dan Sekum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti, M.Ed. Rilis dihadiri ribuan pengunjung yang memadati Istora Senayan, Jakarta.

Prof Quraish mengatakan, pembahasan Islam dan politik, harus diawali dengan pemahaman tentang dua kata tersebut. Sebab, perdebatan sering terjadi karena adanya perbedaan dalam pemaknaan.

Menurutnya, politik dalam bahasa Arab disebut siyasah. Siyasah terambil dari kata saasa-yasuusu-saa’is (pengendali). Orang yang berpolitk itu mengendalikan sesuatu.

“Sebagai pengendali, saa’is harus tahu tujuan. Kalau ada rintangan, dia bisa menghindar untuk mengantar ke tujuan,” sebut Prof Quriash di Jakarta, Kamis (21/9/2023).

“Dalam Islam, orang yang berpolitik atau politisi harus tahu arahnya ke mana. Dia juga harus tahu mengendalikan kendaraannya untuk mencapai tujuan. Jadi pengetahuan perlu, arah perlu, akhlak juga perlu,” sebutnya.

“Politik harus tahu bagaimana mengendalikan, tahu arah, dan harus punya akhlak,” lanjutnya lagi.

Prof Quraish mengatakan, siyasah (politik) mempunyai pengertian yang hampir sama dengan hikmah. Dalam Al-Quran tidak ada kata siyasah, tapi ada kata hikmah.

“Hukum menghalangi orang untuk mengantarkannya pada keadaan yang baik. Politik atau siyasah menghalangi orang dari kerusakan untuk mengantarnya pada kebaikan,” lanjutnya.

 

Mencerahkan

Prof Abdul Mu’ti mengapresiasi terbitnya buku Islam & Politik karya MQS. Ada tiga alasan yang dikemukakan Prof Mu’ti.

Pertama, buku ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami, mengalir, dan mencerahkan. “Selalu ada yang baru, termasuk berbagai hal yang selama ini tidak kita temukan dalam kajian keislaman, termasuk di perguruan tinggi,” kata Prof Mu’ti.

“Banyak peristiwa yang tidak tertulis dalam literatur, Prof Quraish bisa menghadirkan dan membuat kita terhenyak,” sambungnya.

Prof Mu’ti mencontohkan penjelasan penulis buku ini tentang ‘agama adalah politik dan politik adalah agama’. Menurutnya, di tengah upaya sebagian pihak untuk memisahkan antara agama dan politik, Prof Quraish justru menjelaskan tidak ada pemisahan antara Islam dan politik serta agama dan politik.

“Tapi tentu politik sebagai makna yang mengandung pengertian keadaban. Politik sekarang sudah mengalami distorsi makna dan pergeseran yang orang memandang politik sebagai sesuatu yang negatif,” jelasnya.

“MQS menjelaskan pengertian dengan kajian bahasa arab secara luar biasa, apa makna siyasah. Beliau mendekatkan antara siyasah dan hikmah. Siyasah tidak sekedar partai politik tapi segala hal yang berkaitan hajat hidup umat manusia dalam kehidupan bernegara,” lanjutnya.

Kedua, Prof Quraish dalam bukunya menjelaskan istilah kunci dalam politik dan pemerintahan yang selama ini masuk wilayah ikhtilaf. Istilah kunci itu adalah khalifah.

“Khalifah mengandung pengertian tanggung jawab umum bagi siapa saja untuk memakmurkan bumi. Ini tugas yang diemban semua manusia,” kata Prod Mu’ti.

“Ada juga khalifah dalam pengertian tugas yang melekat pada orang tertentu. Misalnya Nabi Dawud yang juga adalah seorang raja,” katanya lagi.

Menurut Prof Mu’ti, pemerintahan itu penting. Kepemimpinan juga penting. Tapi, bagaimana bentuk pemerintahan itu wilayah ijtihad. Manusia punya kewenangan untuk menentukan bentuk negaranya, siapa pemimpinnya.

“Umat Islam tidak perlu mempersoalkan Pancasila. Sebab itu wilayah ijtihad yang kita punya kewenangan untuk menentukannya,” ucapnya.

Ketiga, pesan buku ini sangat relevan dan kontekstual dengan kondisi Indonesia. Prof Mu’ti melihat, politik kotor terjadi karena mengalami distorsi dan dipisahkan dari akhlak

“Politik hubungannya dengan keadaban dan akhlak. Politik dalam konteks penyelenggaraan negara untuk kemaslahatan umum, tidak boleh untuk maslahat personal,” sebut Prof Mu’ti.

Politik Mulia

Apresiasi atas terbitnya buku Islam & Politik juga disampaikan Lukman Hakim Saifuddin. Menurutnya, buku karya Prof Quraish telah memperkaya referenai tentang makna politik.

Pria yang akrab disapa LHS ini mengatakan bahwa politik itu mulia. Sebab, politik adalah ikhtiar bersama untuk mengatur kehidupan bersama di tengah keragaman aspirasi.

Soal relasi Islam dan politik, yang kemudian dikaitkan dengan politisasi agama, LHS menggarisbawahi pentingnya mendudukkan Islam dalam ranah politik. LHS menjelaskan bahwa ajaran agama bisa dipilah dalam dua kategori, ushuly dan furu’iy.

Ajaran ushuliyah bersifat universal. Karenanya, semua orang meyakini itu sebagai kebenaran dan tidak ada keraguan di dalamnya. Ajaran ini misalnya terkait memanusiakan manusia, menegakkan keadilan, persamaan di depan hukum, jangan mencuri, jangan berbohong, dan lainnya.

“Ajaran partikular atau furu’iyah, bahkan oleh satu pemeluk agama yang sama bisa berbeda pandangannya. Misalnya terkait amaliyah ubudiyah, dan sejenisnya,” sebut LHS.

LHS berpandangan, ajaran furuiyah ini tidak semestinya dibawa ke ranah politik. Sebab, politik itu menata kehidupan dan konsensus bersama di tengah keragamaan. Sehingga harus menggunakan nilai yang disepakati bersama.

“Nilai islam yang harus dibawa ke politik adalah ajaran universal. Misal, jangan korupsi, jangan rendahkan mabusia, jangan lakukan kekerasan, jangan merusak. Pesan kuatnya adalah membangun kemaslahatan bersama,” tegasnya.

LHS mengapresiasi buku Prof Quraish karena berhasil menjelaskan kesalahpahaman terkait Islam dan Politik, serta mendudukkannya secara proporsional, mana yang boleh dibawa ke ruang publik dan tidak.

“Dalam konteks Indonesia, identitas yang merekatkan kita adalah Pancasila. Itulah identitas kebangsaan kita di tengah keragaman. Maka itu yang harus diusung sebagai identitas kita di ranah politik,” ujar LHS.

“Buku ini berani, mencerahkan dan menggugah. Buku ini hadir dalam momentum yang pas. terbit saat orang banyak memerlukan pencerahan politik yang berkeadaban,” tandasnya.

Loading…


ISLAMIC BOOK FAIR 2023 AKAN KEMBALI HADIR DI ISTORA SENAYAN

“Islamic Book Fair kembali ke tempat awal” ujar Hikmat Kurnia – Ketua Ikapi DKI Jakarta. Memang secara histori awal acara Islamic Book Fair berawal di Istora Senayan, tetapi dikarenakan beberapa waktu lalu Istora Senayan sempat di renovasi sehingga memaksa Event Islamic Book Fair dipindahkan ke JCC selama kurang lebih 3 atau 4 periode.

Semoga kembali nya event ke Istora Senayan bisa kembali membangkitkan semangat para penggerak event buku terutama khususnya buku-buku Agama Islam. Islamic Book Fair akan di selenggarakan pada tanggal 20-24 September 2023, Gedung Istora Senayan GBK. Htm Islamic Book Fair, Rp 10.000 (Pelajar/mahasiswa) & Rp 15.000 untuk (Umum).

Mari ramaikan pameran buku islam terbesar se-Asia Tenggara, ajak keluarga, teman atau sahabat untuk ikut meramaikan. LENTERA HATI akan ikut turut serta di ISLAMIC BOOK FAIR 2023 di STAND ARAFAH NO 1, dapatkan harga khusus selama pameran … bagi yang tidak bisa datang/hadir bisa juga mendapatkan secara online melalui akun official marketplace kami di SHOPEE.CO.ID & TOKOPEDIA.COM

Keluarga Kita : Mencintai dengan lebih baik

12 Agustus 2023 bertempat di PERPUSTAKAAN JAKARTA BARAT, kami penerbit BUAH HATI salah satu imprint penerbit LENTERA HATI  bekerjasama dengan DISPUSIP PERUSTAKAAN JAKARTA BARAT mengadakan acara sesi parenting remaja bertajuk “REMAJA SUKA BAPER ?”. Di hadiri oleh para orang tua dan remaja yang peduli akan ilmu parenting untuk masa depan

Banyak diskusi menarik yang terjadi, sesi cerita dan saling berefleksi membuktikan bahwa banyak hal dalam dunia parenting yang masih belum kita pelajari dan yang paling penting adalah penerapan kurikulum-kurikulum yang ada di Keluarga kita sesuai dengan beberapa video cuplikan yang di sampaikan oleh ibu NAJELAA SHIHAB selaku seorang psikolog dan founder YAYASAN RANGKUL KELUARGA KITA

Lebih dari 2 Jam acara berlangsung dan diakhiri dengan foto bersama, kesimpulan dari acara ini adalah bagaimana kita bisa berempati dengan anak, dahulukan dialog dan diskusi terutama dengan Remaja karena di fase ini banyak hal perubahan yang terjadi dan kita sebagai orang tua harus jeli dan bisa memahami perubahan itu dan tentunya menyikapi perubahan tersebut dengan tepat

 

Loading…


Bersama-sama, dukung ibu sukses menyusui dan bekerja

Perempuan seharusnya tidak perlu memilih antara menyusui bayinya dan pekerjaannya.
Pekan ASI Sedunia diadakan pada minggu pertama bulan Agustus setiap tahun, didukung WHO, UNICEF, Kementerian Kesehatan, serta mitra masyarakat sipil.

Tema tahun ini berfokus pada menyusui dan dunia kerja, memberikan peluang strategis untuk mengadvokasi hak-hak pekerja yang penting untuk keberhasilan menyusui, termasuk cuti melahirkan minimal selama 18 minggu, idealnya lebih dari 6 bulan, dan kebijakan pendukung setelahnya di tempat kerja.

Adalah kebutuhan mendesak untuk memastikan perempuan dapat menyusui selama yang diinginkannya: lebih dari setengah miliar perempuan pekerja tidak mendapatkan fasilitas maternitas dasar; dan lebih banyak lagi perempuan tidak mendapat dukungan ketika mereka kembali bekerja.

Di Indonesia, hak tersebut dilindungi oleh Undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, maupun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
WHO akan menggunakan pekan ini untuk mengangkat praktik-praktik baik dukungan  tempat kerja untuk praktik menyusui, di berbagai negara, pada beragam jenis kontrak dan sektor, dan mempromosikan aksi-aksi untuk membantu memastikan keberhasilan menyusui bagi semua perempuan yang bekerja, di mana pun mereka bekerja.